Assalamu 'alaikum Wr. wb.
Pengakuan ahli
kubur kepada
seorang yang
sholeh tentang
kehidupan
sesudah kematian.
Bagaimana
gambaran alam
kubur? Susah
menjawabnya.
Sebab kita belum
mati dan belum
dikubur. Hidup
sesudah
kematian adalah
misteri. Tapi
petunjuk dalam
Al Qur'an bisa
menjadi pemandu untuk
mendapat
gambaran
bagaimana
kehidupan
sesudah
kematian.
Ada cerita yang
membuat bulu
kuduk berdiri.
Mendayung
antara percaya
dan tidak
percaya. Kisah
nyata ini dituturkan salah
satu putra kiai
ternama di Jawa
Timur. Putra kiai
itu satu waktu
kedatangan
sahabat lama
yang waktu itu
sama-sama
nyantri di
Probolinggo.
"Baru kali ini aku
ketakutan
sekali," kata
Kang Ali memulai
curhatnya. Kang
Ali saat ini masih
menjabat
sebagai lurah di
salah satu
daerah di
Pamekasan.
Kang Ali ini
memang
nyentrik. Ia
berusaha
menutupi
kekiaiannya
dengan menjadi
orang yang
biasa-biasa saja.
Santrinya tidak
banyak. Ia
memilih
berdakwah di
tempat-tempat
kotor. Bukan dari
satu mimbar ke
mimbar lainnya.
Ia memilih
blusukan masuk
ke pasar,
cangkrukan
(duduk) di pos-pos pinggir jalan bersama kaum berandalan,
keluar masuk ke
lokalisasi
menemui pekerja
seks komersial.
Meski demikian,
hidup Kang Ali
adalah hidup
berkalang Sholat.
Sejak mondok di
pesantren hingga sekarang Kang Ali ini tidak pernah
luput dari sholat
berjamaah. Kalau sampai ia tidak sholat berjamaah
karena ketiduran
atau ada di jalan
yang tak
memungkinkan,
maka ia menangis hebat
sebagai puncak
rasa kesal. Selain
tak pernah
meninggalkan
sholat berjamaah, ia
membabat
semua sholat
sunnah yang ada.
Pendek kata
dalam 24 jam
kehidupan sehari,
sebagian besar ia habiskan dengan
sholat.
Satu waktu ia ke
Surabaya. Selain
untuk keperluan
pribadi,
kedatangannya
itu juga
dimaksudkan
untuk
menjalankan misi
mengajak orang
bengal kembali
ke jalan yang
benar.
Di
Surabaya itu ia
berkenalan
dengan seorang
perempuan
pekerja seks
komersial.
Keduanya lalu
berkenalan dan
saling bertukar
nomor telepon
genggam. Si
perempuan itu
berasal
Parangtritis
Yogyakarta.
Hampir tiap
malam kedua
orang ini telepon-telponan, seperti
sepasang
kekasih yang
sedang
kasmaran.
Bedanya yang
dibicarakan
adalah seputar
tausiah
kebajikan. Di
setelah
perkenalan itu,
paling tidak 2-3
kali keduanya
sempat bertemua.
"Kalau telpon
saya ajarkan ke
dia tentang
keutamaan
sholat sunnah,
dan ibadah-ibadah lain," kata
Kang Ali kepada
sahabatnya.
Satu waktu si
perempuan itu
bilang sedang
sakit keras.
Sempat
menghubungi
Kang Ali dan
menjelaskan
sakitnya dengan
suara terbata-bata dan serak.
Kang Ali lalu
menyarankan
untuk diobati
secara serius di
dokter. Kira-kira
dalam satu
minggu lebih tak
ada kabar dari si
perempuan itu.
Hingga satu
malam, Kang Ali
mendengar
teleponnya
berdering dari
satu nomor yang
tak dikenalnya.
"Assalamualaikum,"
kata Kang Ali. Di
seberang telepon hanya menyahut
dengan suara
mengerang dan
mengaduh sambil menyebut nama Kang Ali dengan kurang jelas.
Kang Ali berpikir
mungkin orang
salah sambung.
Tak lama
kemudian nomor
tersebut
menghubungi
kembali. Kang Ali
menjawabnya
dengan
mengucapkan
salam. Setelah
itu dari seberang
terdengar suara
wanita
menjawab
salam.
"Waalaikum
salam Kang,"
kata perempuan
itu. "Oh kamu
toh. Gimana
kabarmu,
kemana saja
kamu kok
mengabarkan.
Sudah sehat kah
dirimu," kata
Kang Ali
mencairkan
komunikasi.
"Kang, kalau
saya cerita
sebenarnya apa
sampeyan
percaya," kata si
perempuan itu.
"Lho memang
kamu di mana.
Ceritakanlah aku
dengarkan,"
timpal Kang Ali.
"Saya sekarang
di alam kubur
Kang. Saya sudah meninggal
seminggu lalu
karena sakit
kangker pita
suara. Saya
sudah dioperasi
seperti usul
panjenengan,
tapi sakit saya
terlalu parah,"
kata perempuan
itu denga suara
lirih.
Kang Ali
benar-benar
kaget bukan
kepalang.
Matanya yang
mulai letih saat
malam sudah
mulai tua,
mendadak
membelalak.
Bagaimana bisa
orang mati,
menghubunginya
dari dalam kubur.
Dari kedalaman
tanah dua meter
di bawah
permukaan bumi.
"Saya punya
waktu selama 40
hari untuk
menghubungi
pak kiai," kata
perempuan itu
kepada Kang Ali
yang awalnya
tidak percaya.
Kang Ali sedikit
bergeming saat
si perempuan itu
menyebutkan
nasab (garis
keturunan)
sampai urutan ke tujuh. "Saya baru percaya," kata Kang Ali seraya
menyatakan
yang
menghubunginya
sudah mendapat
petunjuk Gusti
Allah.
Sesudah
pembicaraan itu
Kang Ali memutar
otak bagaimana
membuktikan
benar tidaknya si
perempuan itu
sudah meninggal.
Maka dengan
segala tekad
lusanya ia
berangkat
menuju
Parangtritis
Yogyakarta.
Kebetulan Kang
Ali mengenal
salah satu
sahabat dari
perempuan yang
meninggal itu.
Sesampai di
Parangtritis,
Kang Ali bertemu
dengan teman si
perempuan
malang.
Keduanya
berbincang dan
berjalanlah
keduanya
menuju kuburan
si perempuan.
Semua orang
kampung juga
tahu kalau dia
belum lama ini
mati. Di atas
pusara itu Kang
Ali membaca Al
Faatihah dan
segala doa untuk
mendoakan agar
ahli kubur yang
meninggal agar
mendapat
tempat yang
layak.
Kang Ali ini
sewaktu jadi
santri paling
tidak mendukung
kalau ada santri
lainnya berdoa di
makam. "Malas.
Dulu saya enggak percaya kalau
baca Al Faatihah
itu sampai ke
yang mati," kilah
Kang Ali setiap
diajak ke
makam. Tapi
sepulang dari
makam
perempuan
malang itu ia
baru percaya.
Malam hari, lagi
lagi Kang Ali
mendapat
telepon dari
perempuan itu.
"Terima kasih
kiriman doanya
tadi. Hati saya
tenang," kata
perempuan itu.
Kang Ali akhirnya
percaya bahwa
perempuan itu
memang sudah
meninggal dan
dikubur.
Akhirnya Kang Ali
minta agar si
perempuan itu
bercerita
bagaimana
kondisi alam
kubur.
Perempuan itu
bercerita kalau di dalam kubur itu tidak ada yang namanya siksa kubur. "Di kubur tidak ada siksa kubur. Yang ada
itu gimana
berangkat dan
pulang. Kalau dia
tidak baik selama hidup, isinya menangis
sepanjang
malam. Kalau
baik dia langsung
naik ke tempat
yang lebih baik,"
terang perempuan itu
kepada Kang Ali.
Orang baik itu
yang hidupnya
sepakat
mengikuti jalan
zat pencita yang
buat kehidupan.
Orang yang
sudah mati itu,
kata perempuan
itu seperti kapas.
"Kalau dikirim Al
Faatihah, saya
naik ke atas.
Seperti kapas
tertiup angin.
Kalau tidak ada
kiriman doa saya
tetap terbang
stabil. Amal baik
kita yang
menyangganya,"
kata perempuan
itu.
Dan benarlah
selama 40 hari si
perempuan itu
menghubungi
Kang Ali. Sesudah
perempuan itu
pergi selamanya,
Kang Ali akhirnya
percaya kalau
mengirim doa
kepada yang
sudah meninggal
benar-benar bisa dirasakan yang menerima.
Sumber:
http://www.beritasatu.com/mobile/ramadan-2012/62776-laporan-pandangan-mata-dari-alam-kubur.html
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.